MULAI
PENCARIAN
Satu
minggu mereka berlatih, meskipun masih begitu banyak hal yang perlu dipelajari,
mereka mulai melakukan pencarian untuk mengejar waktu, supaya orang-orang
termasuk keluarga mereka yang berada di bumi bisa terselamatkan.
Dengan 5 jubah berbeda warna, kelima anak pilihan
itu mulai mempersiapkan diri. Senjata-senjata
pusaka sudah sedikit mereka kuasai cara menggunakannya, kelima zoodam terus
melayang di samping Feri, Vera, Ling-Ling, Kosmo dan Andet.
“Setelah aku pikir-pikir nama yang
tepat buat kamu adalah Fly-Fly,
karena nama aku ling-ling jadi nama kamu juga double, fly -fly..
Haiya, bagaimana kamu suka, bukan..?” Ling-Ling memberi nama zoodamnya ketika
hari kelahiran zoodam.
“Itu bagus..” Zoodam ling-ling
menjawab, kepakan sayap airnya tak pernah berhenti.
“Kalau kau..” Kosmo berpikir lama, “Dabo... Bagaimana? itu nama yang bagus,
bukan..?” Kosmo memberi nama Zoodamnya, tak mau tersaingi.
“Keren juga...” Zoodamnya
berkomentar.
Feri memberi nama Zoodamnya “Lion” Vera memberi nama zoodamnya “Grin”.
“Dari seluruh Zoodam, hanya aku yang
masih belum kau beri nama.. Apakah kau akan memberiku nama..?” naga kecil
sebagai zoodam Andet protes.
“No..” Andet menjawab datar.
“Nowi..
Aku Anggap namaku nowi..” Zoodam Andet memutuskan.
Zoodam memiliki suara dan perangai
seperti pemiliknya sendiri, kelak akan mereka ketahui apa manfaat dari
zoodam-zoodam itu. Dengan kekuatan Jerolin mereka keluar dari tempat itu,
melewati air dengan berenang, mendarat.
“Hei, jadi selama ini kita berada di dalam
air..?” Kosmo berkomentar setelah berada di darat.
Keadaan di bumi masih sedikit gelap.
Jerolin memutuskan untuk menghentikan segel bintang hitam palsu milik Gavin
pada matahari, supaya mereka bisa mencari keberadaan kepingan bintang hitam
dengan jelas. Dengan sekuat tenaga, Jerolin berhasil menghentikan segel di
matahari. Bumi sudah kembali terang seperti sedia
kala. Tapi kabar buruknya, dengan begitu Gavin akan menyadari bahwa sudah ada
musuh yang hendak menghalangi rencananya, dan cepat atau lambat anak buahnya
akan mencari keberadaan kelima anak itu.
“Kalian harus cepat, Monyet-Monyet
itu akan mencari keberadaan kalian.. Waktu kalian tinggal 4 minggu,
berjuanglah.. Kakek akan memantau kalian dari sini..”
Zoodam turun ke tanah, membesarkan
tubuh. Mereka terbelalak, baru sadar kalau
ternyata seluruh zoodam bisa membesar.
“Silahkan naik di atas mereka..”
Jerolin menyuruh.
“Jadi maksud kakek mereka bisa
ditunggangi?” Feri bertanya.
“Mereka bahkan bisa ditunggangi oleh
5 orang sebesar kosmo..” Jerolin sedikit tertawa, “Sekarang bergegaslah..”
Mereka mengangguk, tanpa dikatakan
kedua kali langsung menunggangi zoodamnya masig-masing. Dengan begitu mereka
pun akhirnya berangkat, zoodam-zoodam itu terbang membelah udara. Terlihat
setengah patung gorilla mulai terbentuk, patung yang begitu luar biasa
besarnya.
Di daerah sana, Gavin sudah sadar
bahwa ada musuh yang menghalangi pekerjaanya, dia memerintahkan sebagian
anak-anak buahnya untuk menangkap musuh-musuh itu.
Setelah di atas, mereka berlima
berpencar, masing-masing dari mereka mempunyai tugas mengumpulkan keping-keping
bintang hitam.
***
“Haiyaa... Fly-Fly aku sebenarnya takut
dengan ketinggian seperti ini...” Ling-Ling menutup mata.
“Aku juga takut ling-ling, haiya aku
bahkan jauh lebih muda daripada kau, kenapa kau yang malah jauh lebih penakut
daripada aku..” Fly-Fly ikut mengeluh, kedua
sayap airnya terbentang luas, menekan udara sebagai pijakan untuk terbangnya.
“Kau harus memberanikan diri
ling-ling, semua ini demi orang-orang di bumi...Demi keluarga kau juga, kita
perlu melawan rasa takut agar bisa berhasil..” Suara Fly-Fly sedikit tertiup angin.
Ling-Ling
mengangguk
“Haiya.. kau sekarang semakin mirip
saja sama aku cara berbicaranya fly-fly..” Ling-Ling sedikit
tertawa, sedikit panik, menyeimbangkan tubuh supaya tak jatuh, rambut kepangnya
menari-nari tertiup angin.
“Menurut kau, apakah perjalanan kita
masih jauh Fly-Fly..?”
“Aku harap sebentar lagi..” Fly-Fly mempercepat laju
terbangnya, menjauh dari patung gorilla untuk menghindari musuh, melewati
beberapa hektar persawahan, melewati petani-petani yang telah menjadi batu.
“Dia orang yang benar-benar
kejam...” Ling-ling meneguk ludah melihat semua yang telah terjadi. “Sebelum
kita berangkat fly-fly, maukah kau
mengantarkan aku bertemu mama papa..?” Ling-Ling sedikit tercekik mengatakan
itu, ia begitu sedih melihat keluarganya tak berdaya.
“Tentu saja ling-ling.. Kau mau
menyebutkan dimana tempatnya, bukan..?”
Ling-ling mengangguk senang, cepat
menunjuk ke arahnya, fly-flypun bergegas mengarah
ke tempat tujuan ling-ling, menuju ke kota-kota, tempat itu benar-benar mati,
orang-orangnya menjadi hitam mengeras seperti sebuah kutukan.
Kendaraan-kendaraan sudah berhenti semua, terlihat beberapa monyet-monyet di
bawah sana. Fly-fly menuju ke sebuah rumah
mewah, turun di halaman depan.
Ling-Ling turun dari tubuh fly-fly, bergegas masuk ke rumahnya,
fly-fly ikut masuk dengan
tubuhnya yang kembali mengecil.
“Mamaaa...” Ling-Ling memeluk ibunya
yang sudah menjadi batu, kedua mata sipitnya buncah dengan air mata. “Ling-ling
rindu mama...” Ruang tamu dipenuhi oleh tangisan ling-ling sejenak, pandangannya
beralih ke sang ayah yang berada di samping, ibu dan ayahnya menjadi batu saat
menonton TV.
Di hari kejadian, waktu itu
ling-ling dan kedua orangtuanya hendak menonton sebuah film keluarga. Tidak ada yang aneh pada saat itu. Kebetulan pula sang ayah
dan ibunya libur bekerja, sedangkan ling-ling masuk sekolah siang hari. Ketika itulah, ketika
sang ayah hendak menekan tombol ON pada remote, 3 ekor monyet datang melalui
jendela, mereka sangatlah
gesit, hanya butuh waktu beberapa detik, sekejap mata ada sesuatu yang
ditempelkan pada kening mereka, dengan tak terhingga kecepatanya sang ayah dan
ibunya langsung berubah menjadi batu.
“Kita harus cepat melanjutkan
perjalanan ling-ling..” Fly-Fly berkata lembut.
Saat
perkataan fly-fly baru selesai, monyet-monyet
memasuki rumah, datang mendekat.
“Hati-Hati fly-fly, itu adalah musuh
kita..” Ling-ling terperanjat,
berusaha mundur.
Satu
monyet cepat melompat, mencoba menyerang.
“Hydrokinesis element...” Ling-Ling
mengeluarkan kekuatan air, satu monyet itu terpental. Ling-Ling langsung
berlari, namun beberapa monyet sudah memenuhi pintu, bersiap untuk menyerang.
“Hydrokinesis element..” Kembali
ling-ling mengeluarkan kekuatan air, monyet-monyet itu terpental sudah. Sialnya, monyet-monyet di belakang melompat dan
langsung menerkam ling-ling, rambutnya di jambak-jambak, ling-ling memekik,
memberi pukulan sekuat tenaga ke monyet-monyet. Dahi ling-ling sedikit tergores akibat
cakarannya.
Dan saat sudah tidak ada
lagi monyet-monyet yang mampu melawan,
mereka langsung ke luar rumah, zoodam membesar, ling-ling cepat melompat ke
tubuh fly-fly, mereka kembali
terbang, meninggalkan rumah.
Ling-ling masih melirik
ke rumah dari atas, sedikit tersenggal.
***
Hamparan laut terlihat biru, angin
laut berderu kencang.
Berada di tubuh kakak
tua raksasa dengan sayap yang hampir tidak telihat masih membuat Kosmo seakan
berada di ambang mimpi.
“Dabo, kau mau mengantarkan aku ke rumah
sebelumnya..?” Kosmo berkata, pandangannya melihat ke arah kapal besar, dimana
nelayan-nelayan di dalamnya sudah total menjadi batu, deruan ombak terus
menggoyang-goyangkan kapal tersebut.
“Tidak masalah Kosmo, kau adalah
majikanku... Sekarang dimana lokasinya..?” Dabo mempercepat terbangnya.
Kosmopun menunjukkan arah lokasinya, menuju ke sebuah perkotaan, lokasi ini
berjauhan dari tempat ling-ling sebelumnya.
Beberapa waktu kemudian, mereka sampai. Menuju ke rumah besar
berwarna hijau, Dabo mendarat ke halaman rumah, kosmo turun. Tersenyum Getir. Dalam dirinya dia sudah
benar-benar rindu dengan rumah.
melangkah masuk ke dalam, Dabo mengiringi dengan ukuran kecil seperti
sebelumnya.
Kosmo melangkah ke dapur, melihat
ibu dan ayahnya yang terlihat panik saat mengusir monyet-monyet itu dalam
keadaan sudah menjadi batu.
Otak kosmo memutar kembali ingatan
di hari itu, matanya seakan memancarkan ketika tragedi terjadi. Benar-benar tak
dapat dipercayainya.
Hari itu begitu cerah, di hari
itu kosmo dan kedua orangtuanya tengah hendak menyantap sarapan pagi, ketika
kosmo hendak menggigit roti sandwich, ketika ibu dan ayahnya mengobrol-ngobrol
ringan, dengan tiba-tiba
muncul monyet-monyet dari hadapan mereka, menempelkan sesuatu di kening mereka,
lantas ayah dan ibunya berubah jadi batu, sedangkan dirinya tidak berubah. Disaat kosmo panik, secara ajaib tiba-tiba
Kucing yang sekarang diketauhinya sebagai ‘kakek
Jerolin’ datang. Kosmo memandangi mereka dengan tatapan sedih, sebentar saja.
“Kita berangkat Dabo..” Kosmo
berkata lirih setelah melihat ayah dan ibunya, ia berjanji untuk menyelamatkan
kedua orangtuanya tersebut.
***
Gunung-gunung terlihat begitu indah,
sayangnya tidak ada lagi manusia ataupun hewan berada disana. Tidak seperti sebelumnya dimana
orang-orang datang berwisata, menyegarkan mata dan pikiran, hanya terlihat batu
orang-orang, dan beberapa monyet berkeliaran disana. Vera mengepalkan tangan
erat, menyimpan kebencian.
“Dia yang bernama Gavin tidak bisa
dimaafkan...” Vera membatin.
Grin sudah menuju ke perkampungan di
lembah pegunungan. Seperti
kosmo dan ling-ling sebelumnya, dia juga ingin bertemu terlebih dahulu kepada
keluarganya. Grin turun di depan sebuah rumah sederhana, disitulah Vera
bertumbuh kuat dan tangguh, tidak terlalu feminim. Vera tidak masuk ke rumah
pondoknya tersebut, dia berlarian ke arah belakang, yaitu persawahan, disana
ayah dan ibunya tengah membersihkan rumput di persawahan dan sudah menjadi
batu.
“Kau anak yang sering kesini,
bukan?” Suara tiba-tiba terdengar, Vera melirik kesana-kemari, dia gemetaran tidak tahu
sesungguhnya suara siapa itu?
“Apakah kau barusan mengatakan
sesuatu Grin..?” Vera bertanya
ke Zoodamnya yang terbang
di samping.
“Tidak Vera, memangnya kau mendengar
sesuatu..?” Grin bertanya balik.
“Hei, aku disini anak muda..” Suara itu
terdengar lagi. Namun suara siapa itu? Vera belum tahu, dia mengedarkan pandangan. Astaga, tidak ada siapa-siapa disitu, hanya ada
padi-padi dan sebatang pohon jambu di samping pondok, apa mungkin pohon itu
yang telah berbicara dengannya? Vera lebih mendekat ke arah pohon, grin mengikuti
dari samping.
“Apakah kau yang berbicara
barusan..?” Vera mengajak pohon berbicara.
“Ya tentu saja aku, dan hei... Kau
mengerti apa yang aku katakan?” Pohon jambu itu
terkaget. Vera sedikit tersenyum, ia baru sadar sekarang bahwa kekuatannya itu memberi
efek bisa berbicara dengan tumbuhan.
“Aku tahu sekarang, kau merupakan
salah satu anak pemegang Rainbow
Star, bukan? Tidak heran
kalau kau bisa selamat dari monyet-monyet tengil itu...”
“Kau tahu tentang mereka?” Vera
menghiraukan perkataan awal si Pohon.
“Mereka datang Vera..” Grin sudah
terlebih dahulu memotong pembicaraan, memberi peringatan. Benar saja, di daerah
persawahan muncul beberapa ekor monyet.
“Tetrakinosis
element...” Vera mengeluarkan kekuatan tanaman, membuat monyet-monyet itu
terlilit oleh rerumputan yang menyibak dari tangannya.
Pohon jambu tertawa, “Wah..Wah kau
sudah mendapatkan kekuatan itu rupanya, sepertinya Jerolin telah mengajari
banyak hal pada kalian..”
“Kau sepertinya tahu banyak tentang
ini...?” Vera melirik ke arah pohon, masih bersiap siaga untuk waspada.
“Aku tahu banyak tentang ini. Namun gadis kecil, sepertinya kau harus
bergegas menemukan kepingan bintang hitam, monyet-monyet itu semakin banyak...”
Vera melihat ke arah lain. Benar saja, ada ratusan
monyet mengepung. Dia tidak akan sanggup lagi melawan, dan hal itu akan
menghabiskan waktunya.
“Kita berangkat grin...”
Grin menurut, membesarkan tubuhnya,
Vera menunggangi lebah hijau raksasa tersebut, perjalanan pun mereka lanjutkan.
“Aku akan menyelamatkan kalian
ayah...ibu..” Vera berkata pelan, jubah hijaunya menari-nari ditiup angin.
***
Feri melihat ke kampung-kampung, ia
melihat orang-orang telah menjadi batu.
Sebetulnya dia masih
setengah kurang percaya, kejadian ini cepat sekali terjadi, otak feri juga
belum mencerna semua ini.
Bagaimana mungkin ada
tringgiling berkepala singa, bisa membesar dan mengecilkan tubuh, dan
lebih-lebih juga bisa terbang? Pikirannya meluncur mengingat anime-anime di TV,
semuanya persis di film-film itu, semua ini benar-benar tak masuk akal.
“Kau tidak ingin mengunjungi
keluargamu terlebih dahulu, Feri?” Lion menyadarkan Feri dari lamunan, Feri
sedikit terperanjat,
kembali membawa nyawanya kalau semuanya benar-benar terjadi dan bukanlah mimpi.
“Rumahku ada di kampung sambas, kau tahu dimana itu..?”
“Aku punya kekuatan sensorik Feri,
bisa mencari suatu tempat
hanya dengan namanya, Jangan kau
remehkan aku, ketika kau baru selesai mengatakan itu aku sudah tahu dimana
letaknya.” Lion memutar arah terbang, sedikit merendahkan tubuhnya. Memang Lion
sedikit berbeda dengan 4 zoodam lainnya, dia mampu mendeteksi musuh hanya
dengan mendengarkan lokasinya dimana, siapa namanya, apapun itu.
Angin kencang menggerayangi tubuh
Feri, jubah coklatnya bergerak tanpa henti. Lion mendarat di rumah sederhana
yang tercipta dari beton tanpa warna, bata-batanya masih nampak belum di lapisi. Disana,
ibu,
ayah dan adiknya berdiri di pintu dengan kondisi menjadi batu. Kejadian itu terjadi
ketika sang ayah hendak pamitan berangkat kerja, sedangkan Feri dan adiknya
bersiap berangkat sekolah. Feri melangkah mendekat mengedarkan pandangan ke
arah ibu, ayah dan sang adik. Selenting air mata turun dari mata, kedua mata
beningnya memerah, wajah bersih dan tampan itu berbalut topeng kesedihan.
“Apakah ada cara lain menyelamatkan
orang-orang di bumi?” Feri bertanya ke Lion, Lion menggeleng
“Hanya bintang hitam satu-satunya
harapan..”
***
Andet hanya diam. Di satu sisi dia memendam kebencian
kepada Meara, bagaimana tidak,
ia sudah menciptakan ini semua, namun ketika hasil prakteknya meronta, Meara malah pergi dan
lari dari tanggung jawab, memberikan tugas pada anak-anak remaja seperti
mereka. Tanggung jawab ini begitu berat. Dari kelima anak itu hanya Andet yang
menaruh kebencian begitu dalam pada Meara. Meskipun begitu, ia berusaha menenangkan
dirinya bahwa semuanya telah terjadi dan orang-orang di bumi membutuhkan
bantuan mereka. Andet tak ada niat untuk menemui keluarganya terlebih dahulu. Bukan berarti tidak
sayang, tapi Andet begitu menghargai waktu, menemui mereka tak akan membuat
perubahan. Naga orange sebagai zoodamnya terus mengarah ke mana arah makhluk
jelmaan dari kepingan bintang hitam.
Kelima anak terpilih dengan
masing-masing kekuatan dan berjubah berbeda warna melanjutkan perjalanan untuk
mendapatkan kepingan bintang hitam agar bisa menyelamatkan keluarga serta orang-orang di bumi. Dari ratusan
juta makhluk yang ada di bumi, kelima anak-anak muda itulah menjadi harapan
bagi keselamatan seluruh makhluk. Patung gorilla raksasa terus berproses dalam
pembangunan.
Petualangan kelima anak
pemegang Rainbow star baru dimulai dari sini.
BERSAMBUNG... Baca Episode 3 DISINI
No comments:
Post a Comment