ECHIDNA
Feri sampai di hutan belantara, Lion
kembali mengecilkan tubuhnya setelah Feri Melompat dari tubuhnya. Hutan gelap
mencengkam menyambut kehadiran mereka. Hari masih siang, namun seakan sudah
malam disana, sinar sang surya tak mampu menembus lebatnya daun di hutan
belantara itu.
Tidak ada suara kicauan burung
terdengar di daun telinga pria remaja berjubah coklat, bahkan suara jangkrik
satupun tak terdengar, semuanya hening dan hampa, memberikan sensansi mencekam.
“Disini menyeramkan...” Feri
mendesis.
Pohon-pohon tinggi menjulang,
daun-daunnya sesekali menari dibelai oleh hembusan angin. Terlihat buah
berwarna merah dan hijau bergelantungan di atas sana, nampaknya itu buah apel,
mendadak perut feri keroncongan dibuatnya,
dengan
kekuatan tanahnya ia menjulangkan lokasi
yang diinjaknya mencapai setinggi pohon, dengan begitu Feri dapat menjangkau
buah sekehendak hatinya.
“Kalau tidak ada buah-buahan ini,
hutan ini persis seperti kuburan..” Feri berkata lagi sembari mengunyah lembut
buah. Ketika itulah, ketika Feri hendak mengunyah kali kedua dari manis dan lembutnya
buah apel, dengan secepat kilat tiba-tiba satu monyet bergelantungan dan merampas
buah dari tangannya.
“Sialan..” Feri mendesis. Bumi yang
diinjaknya kembali diturunkan, dibawah sana segerombolan monyet-monyet kecil
bersiap untuk menyerang.
“Mereka tidak memberikan aku
kesempatan untuk istirahat.... Terrakinesis
element” Feri
langsung mengudarakan bola-bola tanah, memberi tembakan ke arah monyet-monyet.
Beberapa terpelanting, sisanya maju ke depan. Gerakan mereka sungguh cepat,
satu cakaran mendarat di lengan kanan Feri.
“Siall..” Feri merasa sedikit
kesakitan, setetes dua tetes darahnya keluar.
Zoodam dari Feri turun ke tanah,
cakar panjang dari kedua tangan di depannya menggali tanah. Feri masih
memperhatikan, tiba-tiba di arah segerombolan monyet muncul lubang besar, monyet-monyet itupun
semuanya ditelan tanah. Lion muncul dari tanah, dan kembali terbang ke samping
Feri.
“Hebat
Lion..” Feri terpukau, tidak menyangka kalau zoodamnya mempunyai kekuatan
sehebat itu. Sedikit kesakitan karena cakaran dari kuku monyet tadi.
“Kau rupanya mempunyai kekuatan sehebat
itu Lion..” Feri berkata, pandangannya beredar ke seluruh tumbuhan.
“Itu belum seberapa Feri..” Lion
menjawab.
Feri berdiri, menghampiri rumput
kecil, mengambil daun-daunnya, menggiling menggunakan tangan dan meletakkan ke
luka barusan. Feri sedikit tahu obat alami dari tanaman, hal itu ia pelajari dari
Vera.
“Kau tahu bagaimana bentuk dari
Makhluk yang akan kita hadapi,
Lion..?” Feri bertanya. Sekarang mereka sudah berjalan, menyibak rerumputan
yang berdaun panjang.
“Kau akan tahu sendiri, karena kita sudah
sangat dekat dengannya” Lion
menjelaskan.
Baru
selesai Lion mengatakan itu, sesuatu mengagetkan Feri.
“Ulaaar..”
Feri terperanjat melihat ular putih tiba-tiba melintas di kakinya, ia begitu
ketakutan dengan ular. Bulu kuduknya
bergidik.
“Kau takut dengan ular Feri? Aku
rasa kau sial sekarang..!”
Persis selesai Lion mengatakan itu, dari arah kejauhan
munculah sesosok makhluk jelmaan dari kepingan bintang hitam. Sileut tubuhnya
berbalut dengan aura gelap di hutan, Feri terhenti sejenak memandangi makhluk apa
yang hadir di hadapan mereka. Sedikit
demi Sedikit makhluk itu mendekat, menghampiri Feri dan
Lion, dan nampaklah sesosok itu.
Bongkah-bongkah keringat mendadak keluar dari pori-pori pelipis Feri, rambut
tegaknya pun basah oleh keringat. Tidak pernah Feri setakut itu sebelumnya,
berkali-kali ia meneguk ludah. Sesosok wanita dengan rambut ular-ular putih dan
tubuh setengah ular putih muncul di hadapannya, astaga. Lutut Feri bergetar
hebat, tak bisa melangkah kemana-mana. Rasa-Rasanya pria tampan itu hendak
pingsan, namun apa daya,
dia harus mengalahkan makhluk tersebut agar dapat menyelamatkan keluarganya dan
orang-orang di bumi.
“Ada Pesan untukmu Feri.. Tatap
mataku..” Lion memecahkan sejenak ketakutan Feri. Walaupun tak tahu apa
perkataan dari zoodamnya, ia menatap kedua mata tringgiling berkepala singa
tersebut. Keadaan disekitarnya pun berubah drastis, ia langsung berhadapan
langsung dengan kakek Jerolin.
“Nama makhluk yang akan kau hadapi
adalah Echidna, seorang wanita
setengah ular putih. Dia mempunyai bisah
yang sangat mematikan, berhati-hatilah Feri.” Jerolin duduk di hadapan Feri.
“Kakek.. Bagaimana mungkin aku bisa
menghadapi Makhluk itu? Sedangkan aku paling takut dengan ular..” Feri protes.
“Apakah kau mau menyelamatkan kedua
orangtuamu?”
Feri mengangguk.
“Kalau begitu kau harus mengalahkan
wanita setengah ular tersebut. Kakek Tahu kalau kau takut dengan ular. Dengar
nak, jika kau benar-benar ingin menyelamatkan orang yang kamu sayangi, lakukanlah apapun, kalahkan
rasa takut di dalam dirimu, rasa takut hanya akan menghalangi langkah dirimu
dalam membuat sebuah perubahan.
“Kekuatan bintang yang ada di kening
kalian mempunyai kekuatan yang luar biasa dan tak terduga, walaupun kalian
belum optimal melatihnya kekuatan-kekuatan tersebut akan membantu kalian.” Jerolin menjelaskan
kalau Echidna juga merupakan makhluk dari alam berbeda dari alam manusia, dan
kelemahannya ada di leher, menebas kepalanya merupakan salah satu cara untuk
membunuhnya. Setelah selesai dengan semua penjelasan, Jerolin pun menghilang. Semua keadaan kembali
seperti semula.
Feri mengatur napas, menenangkan
saraf. Rasa takut benar-benar melanda pikiran-nya.
“Kau sudah siap Lion?”
“Seharusnya aku yang bertanya hal
seperti itu. Kau sudah siap Feri?” Lion balik bertanya. Feri mengangguk
Patah-Patah.
“Terrakinesis
Element...” Feri menerbangkan Bola-Bola tanah ke arah wanita setengah ular.
Satu serangan berhasil mengenai tubuhnya, membuat wanita setengah ular putih
terpental jauh. Hanya
saja, serangan itu telah
membuat dirinya marah besar. Rambutnya yang berupa ular putih kecil memanjang
dan balik menyerang. Mata Feri terbelalak dan tanpa ia bisa lari lagi
tubuhnyapun sudah dililit oleh puluhan ular. Feri semakin merinding dibuatnya,
bagaimana tidak, kulit ular yang paling ditakutinya selama ini, malah sekarang bersentuhan langsung
dengan kulitnya, apalagi lilitan ular itu semakin mengencang, mencekik,
merenggut sedikit udara untuk Feri bernapas.
Lion membesarkan tangan dan kukunya,
tubuh ular-ular itu dipotong dengan cepat, darah putih mencuat di tubuh
ular-ular. Wanita ular putih sedikit memekik kesakitan. Feri bernapas lega,
sedikit terbatuk. Dan ia cepat mengeluarkan tongkat, bersiap untuk balas
menyerang...
BERSAMBUNG... Baca Episode 5 DISINI
No comments:
Post a Comment