Saturday, April 8, 2017

Episode 8 Novel Rainbow Star

*      KRAKEN



            Sudah sekian lama Kosmo berdiam diri di punggung kakak tua raksasa dengan sayap samar-samar itu, sedari lama pula cacing dalam perutnya berdemo minta makan. Ketika keberadaan mereka melayang di udara, perjalanan Kosmo tidak semulus seperti Ling-Ling, Feri dan Vera, beberapa monyet bersayap seringkali hadir. Seperti sekarang, ketika Dabo telah menemukan keberadaan Makhluk jelmaan keping hitam, dan hendak turun, 5 ekor monyet bersayap kembali hadir.

            “Lagi-lagi mereka..” Kosmo mendengus. Wajah gemuknya terlihat kelelahan.

            “Berpegangan erat Kosmo..” Dabo memperingatkan. Belum sempat Kosmo memeluk leher Dabo, Dabo sudah mempercepat laju terbangnya, tubuh Kosmo hampir terpelanting karenanya.

            5 Ekor monyet bersayap terus mengejar, Dabo terbang berkelok-kelok menerabas gumpalan awan putih. Sedangkan Kosmo tak mampu berbuat apa-apa, dia tidak bisa mengeluarkan kekuatan angin, karena tangannya sibuk berpegangan untuk menghindari jatuh.

            “Kenapa kita tidak turun dan menyerang mereka dari bawah Dabo?” Suara Kosmo terdengar kurang jelas.

            “Tidak akan sempat, kecepatan mereka luar biasa. Sebelum kita turun mereka akan lebih dulu menangkap kita. Dan berhati-hatilah pada kuku menjijikkan mereka, kuku-kuku hitam itu mempunyai ketajaman persis sebuah silet, gigi-gigi mereka sama seperti gergaji..” Dabo menjelaskan sembari mengiring monyet ke atas sebuah kawah.

            “Lantas kenapa kau malah kesini...” Kosmo mengencangkan suara, ketakutan. Matanya terpejam.

            Dabo tak menghiraukan, tubuhnya semakin mendekati ke arah lubang di atas pegunungan yang berisi lahar-lahar panas menggelegak - sesekali lahar-lahar itu mencuat ke udara berhamburan. Jika saja Kosmo dan Dabo terkena semburan lahar panas tersebut, mereka akan cepat berubah menjadi daging bakar.

            Beberapa detik setelah semburan lahar berhenti, dengan secepat kilat Dabo melintasi atas kawah, monyet-monyet bersayap masih membuntuti di belakang. Dan ketika mereka sudah berada di atas kawah, semburan lahar kembali meletup, mengenai monyet-monyet terbang, mereka menjerit kesakitan, 5 Ekor monyet terbang itu akhirnya terbakar.

            Setelah terasa Dabo memperlambat lajunya, Kosmo perlahan membuka mata, melirik ke belakang, melihat mereka sudah hilang.

“Jadi itu idenya..” Kosmo mengangguk. “Hebat kau, Dabo..”

Dabo sudah menyadari bahwa kawah dari gunung akan menyeburkan lahar panas, lantas berhenti beberapa detik, itulah kesempatan Dabo untuk mengiring kelima monyet. Dan ketika 5 monyet bersayap tepat berada di atas kawah, lahar panas akan tepat menyentuh tubuh mereka.

***
           
            Dabo zoodam milik Kosmo mendarat di sebuah padang rumput, atau lebih tepatnya rawa-rawa. Tempat itu dipenuhi oleh rumput-rumput kecil dan digenangi air. Tidak berbeda dari Ling-Ling, Vera dan Feri, perut Kosmo juga meronta kelaparan, keberangkatan mereka sebelumnya memang tanpa mengisi perut terlebih dahulu. Dan itu begitu menyiksa Kosmo, sementara tidak ada pohon-pohon dengan buah-buahan dan tidak ada pula rumah-rumah warga di sekitar sini, ini masalah yang teramat pelik bagi anak lelaki gemuk itu. Sekarang pikirannya sudah tidak lagi berfokus pada tujuan hendak mengalahkan makhluk jelmaan bintang hitam.

            “Bisakah kau mencarikanku makanan, Dabo...?” Kosmo mengeluh, ia terduduk di atas batu besar di tengah padang rumput.

            “Kau tahu Kosmo, kau mempunyai kekuatan spesial. Udara. Kau bisa menerbangkan...”

            “Ikan...” Kosmo memotong perkataan Dabo, kedua mata anak gendut itu menatap ke arah segerombolan ikan dengan tubuh yang besar. Mereka bisa jadi santapan yang sangat lezat, pikir Kosmo. Nampaknya ikan-ikan itu luput dari pengaruh monyet-monyet kecil tersebut. Kosmo turun dari batu dan ingin menangkap ikan. Belum sempat tangan Kosmo menyentuh air, tiba-tiba muncul beberapa makhluk aneh menggulung tubuh ikan-ikan itu, dan dengan kecepatan secepat kilat, ikan-ikan itu ditarik masuk ke dalam tanah. Kosmo yang melihat kejadian barusan terperanjat, refleks bergeser mundur, jantungnya mulai berderu kencang, jubah kuning bagian bawahnya telah basah kuyup.

            “Maa....Makhluk apa barusan tadi?” Suara Kosmo bergetar, wajahnya pucat pasih. Memang dari kelima pemegang Rainbow star, Kosmolah yang paling bernyali kecil.

            “Dialah makhluknya, bersiaplah..”

            Baru selesai Dabo mengatakan itu, sosok jelmaan makhluk bintang hitam pun muncul dari dalam tanah. Rupanya sosok itu berbentuk gurita, namun ukurannya begitu besar. Dan makhluk yang menangkap ikan-ikan barusan adalah tentantakel dari gurita tersebut. Mata Kosmo terbelalak, menahan napas.

Nampaknya gurita raksasa itu tidak suka dengan keberadaan Kosmo, satu tentankelnya hendak dilayangkan, ingin mengusir Kosmo. Kosmo pun semakin ketakutan melihat Tentakel gurita raksasa sedikit lagi menimpa mereka, dia bahkan lupa kalau ia mempunyai kekuatan. Untung saja, ada kekuatan angin besar menahan serangan gurita raksasa, saking besar tiupannya seluruh tubuh gurita raksasa terpundur beberapa meter.

            “Darimana hembusan angin barusan berasal..” Kosmo terpukau, bernapas lega. Ia tidak tahu kalau hembusan angin kencang barusan berasal dari mulut burung kakak tua miliknya, itu merupakan salah satu kekuatan dari zoodam miliknya Kosmo.

            “Jangan dibahas, lebih baik kau bersiap-siap menyerang karena monster itu akan kembali lagi..”

Benar saja, setelah terpundur membuat emosi dari gurita raksasa meningkat, ia mulai kembali menyerang. Disaat gurita raksasa sudah dekat, Kosmo menekan cincin pemberian kakek Jerolin, asap hitam tebal muncul dari cincin, menghilangkan penglihatan Gurita raksasa tersebut.

***
            “Hampir saja...” Kosmo mengelap pelipisnya, dia sudah menyelinap lari menjauh ketika asap tebal hitam muncul.

            “Kita tidak bisa lari dari gurita raksasa itu, waktu kita sudah semakin menyempit..”
            “Tunggu sebentar, Dabo. Apa yang mau kau katakan sebelum aku melihat ikan barusan..?” Kosmo menghiraukan perkataan Dabo.

            “Kau lapar bukan?” Dabo kembali bertanya. Kosmo mengangguk cepat. Dabo tertawa, “Kau tidak usah cemas, karena kau mempunyai kekuatan khusus yaitu angin, kau mampu menerbangkan makanan dari jarak ratusan meter. Kau paham..?”

            Kosmo menggeleng.

            “Kalian pemegang Rainbow star mempunyai kekuatan masing-masing, kekuatan kalian akan meningkat sampai ke level lebih tinggi jika sudah melakukan latihan. Kau sekarang masih mencapai pyrokinesis level 1, kekuatan kalian akan lebih kuat kalau sudah meningkat di level berikutnya..”

            Kosmo menyimak dengan baik, “Lalu bagaimana caranya menerbangkan makanan dari jarak ratusan meter...?” Kosmo sudah tak sabar mendengar bagian yang itu.

            “Erghh, itu berada di level 2 dalam Aerokinesis Element..” Burung kakak tua itu tertawa.
            Kosmo memasang wajah sebal.

            “Sekarang tatap kedua mataku..” Dabo menghentikan tertawanya.

            “Untuk apa..?” Kosmo tidak mengerti, meskipun begitu ia mengikuti perkataan Dabo. Suasana pun berubah, Jerolin sudah duduk di hadapan Kosmo.

            “Kenapa ada kakek Jerolin disini..?” Kosmo bertanya di dalam hati.

            “Kosmo.. Makhluk yang akan kamu hadapi bernama kraken gurita raksasa. Ia bisa mengeluarkan tinta racun, dan berhati-hatilah dengan delapan tentankelnya, jika kau menempel di sana, akan susah sekali untuk dilepaskan. Tubuhmu bisa remuk karenanya. Cincin yang kau pakai tidak hanya bisa digunakan untuk mengeluarkan asap hitam, namun juga bisa mengeluarkan senjata apa saja yang kau inginkan, namun efeknya Psy di dalam tubuhmu akan habis, kau tidak akan bisa menggunakan Aerokinesis element selama beberapa menit. Caranya buat bola angin kecil dan arahkan ke cincin, maka senjata akan hadir di tanganmu. Kelemahan Kraken adalah di mulutnya, serang dengan senjata apa saja agar mulut kraken bisa hancur...”

            “Kakek tapi ak..”

            Jerolin menghilang sebelum Kosmo hendak mengatakan bahwa dia benar-benar ketakutan, keadaan kembali seperti semula, Kosmo sudah hadir di padang rumput kembali. Kosmo memperhatikan cincin yang berwarna hitam itu lamat-lamat, “Apakah benar cincin ini mampu mengeluarkan senjata..?” Kosmo bertanya di dalam hati.



BERSAMBUNG... Baca Episode 7 DISINI

No comments:

Post a Comment