KRAKEN
Sudah sekian lama Kosmo berdiam diri
di punggung kakak tua raksasa dengan sayap samar-samar itu, sedari lama pula
cacing dalam perutnya berdemo minta makan. Ketika keberadaan mereka melayang di
udara, perjalanan Kosmo tidak semulus seperti Ling-Ling, Feri dan Vera,
beberapa monyet bersayap seringkali hadir. Seperti sekarang, ketika Dabo telah
menemukan keberadaan Makhluk jelmaan keping hitam, dan hendak turun, 5 ekor monyet
bersayap kembali hadir.
“Lagi-lagi mereka..” Kosmo mendengus. Wajah gemuknya terlihat kelelahan.
“Berpegangan erat Kosmo..” Dabo
memperingatkan. Belum
sempat Kosmo memeluk leher Dabo, Dabo sudah mempercepat laju terbangnya, tubuh Kosmo hampir terpelanting karenanya.
5 Ekor monyet bersayap terus
mengejar, Dabo terbang berkelok-kelok menerabas gumpalan awan putih. Sedangkan
Kosmo tak mampu berbuat apa-apa, dia tidak bisa mengeluarkan kekuatan angin,
karena tangannya sibuk berpegangan untuk menghindari jatuh.
“Kenapa kita tidak turun dan
menyerang mereka dari bawah Dabo?” Suara Kosmo terdengar kurang jelas.
“Tidak akan sempat, kecepatan mereka
luar biasa. Sebelum kita turun mereka akan lebih dulu menangkap kita. Dan berhati-hatilah pada
kuku menjijikkan mereka, kuku-kuku hitam itu mempunyai ketajaman persis sebuah
silet, gigi-gigi mereka sama seperti gergaji..” Dabo menjelaskan sembari
mengiring monyet ke atas sebuah kawah.
“Lantas kenapa kau malah kesini...”
Kosmo mengencangkan suara, ketakutan.
Matanya terpejam.
Dabo tak menghiraukan, tubuhnya
semakin mendekati ke arah lubang di atas pegunungan yang berisi lahar-lahar panas
menggelegak -
sesekali lahar-lahar itu mencuat ke udara berhamburan. Jika saja Kosmo dan Dabo
terkena semburan lahar panas tersebut, mereka akan cepat berubah menjadi daging
bakar.
Beberapa detik setelah semburan
lahar berhenti, dengan secepat kilat
Dabo melintasi atas kawah, monyet-monyet bersayap
masih membuntuti di belakang.
Dan ketika mereka sudah
berada di atas kawah, semburan lahar kembali meletup, mengenai monyet-monyet terbang, mereka menjerit kesakitan,
5 Ekor monyet terbang itu akhirnya terbakar.
Setelah
terasa Dabo memperlambat lajunya, Kosmo perlahan membuka
mata, melirik ke belakang, melihat mereka sudah hilang.
“Jadi
itu idenya..” Kosmo mengangguk.
“Hebat kau, Dabo..”
Dabo
sudah menyadari bahwa kawah dari gunung akan menyeburkan lahar panas, lantas
berhenti beberapa detik, itulah kesempatan Dabo untuk mengiring kelima monyet. Dan ketika 5 monyet bersayap tepat berada
di atas kawah, lahar panas akan tepat menyentuh tubuh mereka.
***
Dabo zoodam milik Kosmo mendarat di
sebuah padang rumput, atau lebih tepatnya rawa-rawa. Tempat itu dipenuhi oleh
rumput-rumput kecil dan digenangi air. Tidak berbeda dari Ling-Ling, Vera dan
Feri, perut Kosmo juga meronta kelaparan, keberangkatan mereka sebelumnya
memang tanpa mengisi perut terlebih dahulu. Dan itu begitu menyiksa Kosmo,
sementara tidak ada pohon-pohon dengan buah-buahan dan tidak ada pula rumah-rumah warga
di sekitar sini, ini masalah yang teramat pelik bagi anak lelaki gemuk itu. Sekarang pikirannya
sudah tidak lagi berfokus pada tujuan hendak mengalahkan makhluk jelmaan
bintang hitam.
“Bisakah kau mencarikanku makanan, Dabo...?” Kosmo
mengeluh, ia terduduk di atas batu besar di tengah padang rumput.
“Kau tahu Kosmo, kau mempunyai
kekuatan spesial.
Udara. Kau bisa menerbangkan...”
“Ikan...” Kosmo memotong perkataan
Dabo, kedua mata anak gendut itu menatap ke arah segerombolan ikan dengan tubuh
yang besar.
Mereka bisa jadi
santapan yang sangat lezat, pikir Kosmo. Nampaknya ikan-ikan itu luput dari
pengaruh monyet-monyet kecil tersebut. Kosmo turun dari batu dan ingin
menangkap ikan.
Belum sempat tangan
Kosmo menyentuh air, tiba-tiba muncul beberapa makhluk aneh menggulung tubuh
ikan-ikan itu, dan dengan kecepatan secepat
kilat, ikan-ikan itu ditarik masuk ke dalam tanah. Kosmo
yang melihat kejadian barusan terperanjat,
refleks bergeser mundur,
jantungnya mulai berderu kencang, jubah kuning bagian bawahnya telah basah
kuyup.
“Maa....Makhluk apa barusan tadi?”
Suara Kosmo bergetar, wajahnya pucat pasih.
Memang dari kelima pemegang Rainbow star, Kosmolah
yang paling bernyali kecil.
“Dialah makhluknya, bersiaplah..”
Baru selesai Dabo mengatakan itu, sosok jelmaan makhluk
bintang hitam pun muncul dari dalam tanah.
Rupanya sosok itu
berbentuk gurita, namun ukurannya begitu besar. Dan makhluk yang menangkap
ikan-ikan barusan adalah tentantakel dari
gurita tersebut. Mata Kosmo terbelalak, menahan napas.
Nampaknya
gurita raksasa itu tidak suka dengan keberadaan Kosmo, satu tentankelnya hendak
dilayangkan, ingin mengusir Kosmo. Kosmo pun semakin ketakutan melihat Tentakel gurita raksasa sedikit
lagi menimpa mereka, dia bahkan lupa kalau ia mempunyai kekuatan. Untung saja,
ada kekuatan angin besar menahan serangan gurita raksasa, saking besar
tiupannya seluruh tubuh gurita raksasa terpundur beberapa meter.
“Darimana hembusan angin barusan
berasal..” Kosmo terpukau, bernapas lega. Ia tidak tahu kalau hembusan angin
kencang barusan berasal dari mulut burung kakak tua miliknya, itu merupakan
salah satu kekuatan dari zoodam miliknya Kosmo.
“Jangan dibahas, lebih baik kau
bersiap-siap menyerang karena monster itu akan kembali lagi..”
Benar
saja, setelah terpundur membuat emosi dari gurita raksasa meningkat, ia mulai
kembali menyerang.
Disaat gurita raksasa
sudah dekat,
Kosmo menekan cincin pemberian kakek Jerolin, asap hitam tebal muncul dari cincin, menghilangkan penglihatan Gurita
raksasa tersebut.
***
“Hampir saja...” Kosmo mengelap
pelipisnya, dia sudah menyelinap lari menjauh ketika asap tebal hitam muncul.
“Kita tidak bisa lari dari gurita
raksasa itu, waktu kita sudah semakin menyempit..”
“Tunggu sebentar, Dabo. Apa yang mau kau katakan sebelum aku melihat ikan
barusan..?” Kosmo menghiraukan perkataan Dabo.
“Kau lapar bukan?” Dabo kembali bertanya.
Kosmo mengangguk cepat.
Dabo tertawa, “Kau tidak usah cemas, karena kau mempunyai kekuatan khusus yaitu
angin, kau mampu menerbangkan makanan dari jarak ratusan meter. Kau paham..?”
Kosmo menggeleng.
“Kalian pemegang Rainbow star
mempunyai kekuatan masing-masing, kekuatan kalian akan meningkat sampai ke
level lebih tinggi jika sudah melakukan latihan. Kau sekarang masih mencapai pyrokinesis level 1, kekuatan kalian
akan lebih kuat kalau sudah meningkat di level berikutnya..”
Kosmo menyimak dengan baik, “Lalu
bagaimana caranya menerbangkan makanan dari jarak ratusan meter...?” Kosmo
sudah tak sabar mendengar bagian yang itu.
“Erghh, itu berada di level 2 dalam Aerokinesis Element..” Burung kakak tua
itu tertawa.
Kosmo memasang wajah sebal.
“Sekarang tatap kedua mataku..” Dabo
menghentikan tertawanya.
“Untuk apa..?” Kosmo tidak mengerti,
meskipun begitu ia mengikuti perkataan Dabo. Suasana pun berubah, Jerolin sudah
duduk di hadapan Kosmo.
“Kenapa ada kakek Jerolin disini..?”
Kosmo bertanya di dalam hati.
“Kosmo.. Makhluk yang akan kamu
hadapi bernama kraken gurita raksasa.
Ia bisa mengeluarkan tinta racun, dan berhati-hatilah dengan delapan tentankelnya, jika kau menempel di
sana, akan susah sekali
untuk dilepaskan. Tubuhmu bisa remuk karenanya. Cincin yang kau pakai tidak
hanya bisa digunakan untuk mengeluarkan asap hitam, namun juga bisa
mengeluarkan senjata apa saja yang kau inginkan, namun efeknya Psy di dalam tubuhmu akan habis, kau
tidak akan bisa menggunakan Aerokinesis
element selama beberapa menit. Caranya buat bola angin kecil dan arahkan ke
cincin, maka senjata akan hadir di tanganmu. Kelemahan Kraken adalah di mulutnya, serang dengan senjata apa saja agar
mulut kraken bisa hancur...”
“Kakek tapi ak..”
Jerolin menghilang sebelum Kosmo
hendak mengatakan bahwa dia benar-benar ketakutan, keadaan kembali seperti
semula, Kosmo sudah hadir di
padang rumput kembali. Kosmo
memperhatikan cincin yang berwarna hitam itu lamat-lamat,
“Apakah benar cincin ini mampu mengeluarkan senjata..?” Kosmo bertanya di dalam
hati.
BERSAMBUNG... Baca Episode 7 DISINI
No comments:
Post a Comment