Saturday, April 8, 2017

Episode 5 Novel Rainbow Star

*      TENGU
           

            Sayap bening kupu-kupu dari zoodam milik Ling-Ling terus menggayuh udara, sensorik di dalam tubuhnya mengarahkan dirinya ke tempat tujuan. Beratus-ratus meter telah terlewati, gumpalan asap putih menggerumuni. Ling-Ling sudah sedikit kelelahan, tubuhnya rasanya remuk karena terlalu lama duduk setelah sekian lama menjelajah. Hamparan putih  terlihat sejauh mata memandang, kiranya disana sinar sang surya tidak pernah mampir menyumbangkan kehangatannya. Udara dingin luar biasa menyambut kehadiran Ling-Ling dan Fly-fly di langit. Ling-Ling hanya berharap dirinya tidak dipaksa untuk turun disitu dan menemukan kepingan bintang hitam di samudera es tepat di bawah mereka.

            “Haiya... Dingin sekali disini..” Suara Ling-Ling berseling dengan gigi-gigi putihnya yang saling beradu, bergeletuk.

            Sialnya kupu-kupu raksasa dengan sayap berkomposisi air itu malah mendapatkan sensorik bahwa salah satu makhluk jelmaan bintang hitam berada disitu, fly-fly pun meluncur turun. Ling-Ling menghela napas, sesuatu yang ia tidak harapkan malah terjadi. Seperti biasa, kadang-kadang hal-hal yang tidak diharapkan malah ternyata muncul di hadapan, memberi kejutan mahadahsyat pada seorang insan. Tapi Ling-Ling tak mau mengeluh, Ling-Ling berspekulasi bahwa keluhan diibaratkan cacing yang hadir dalam sebuah kue, cacing itu akan merusak rasa enak dari kue dan membuat kuenya menjadi tidak layak dimakan, begitulah keluhan, menurut Ling-Ling keluhan merusak sisi baik dari kehidupan, membuat kehidupan terasa menjadi payah.

            Ling-Ling berusaha bersikap kuat, lagipula semua yang dilakukannya ini untuk menyelamatkan orang-orang tersayangnya.

            Delapan Kaki Fly-Fly menginjak  hamparan es, Ling-Ling turun dari tubuh zoodamnya itu dan Fly-Fly kembali mengecilkan tubuhnya, melayang kembali di samping Ling-Ling.

            Hamparan es itu terlihat datar dan nampak tak ada aura kehidupan disini. Monyet-monyet kecil menjijikkan itupun tak nampak dari pandangan kedua mata sipit anak perempuan cina tersebut.

            “Benar-Benar dingin.. Haiya..” Mulut Ling-Ling mengeluarkan kepulan asap tipis. Ia membalutkan jubah birunya ke tubuh, juga memakai penutup kepala. Ling-Ling berjalan tergopo-gopo, mencoba mencari tahu kalau saja ada rumah di sekitar situ. Perutnya juga telah berkeroncong.

            Nasib baik rupanya hadir, setelah beratus-ratus langkah kaki ternyata ada rumah bundar terlihat dari arah kejauhan. Rumah itu berbentuk bundar dan berwarna putih yang hampir tertutup dengan bulir-bulir salju, namun cerobongnya tampak tak berasap. Meskipun begitu, rupanya ada pula kehidupan disini, apalagi semakin dekat Ling-Ling menghampiri, nampak tak hanya satu rumah adanya, tapi puluhan, berjejer dan semuanya berwarna putih dengan bentuk yang serupa.

            Dengan semangat Ling-Ling mempercepat langkah kaki, mengetuk salah satu pintu rumah putih bundar tersebut.

            “Permisi... Apakah Ada orang..?” Suara Ling-Ling terdengar menggigil. Tak ada jawaban di dalam.

            “Permisi, adakah orang di dalam..?” Kembali Ling-Ling mengetuk.

            “Sepertinya tidak ada orang di dalam Ling-Ling, Lebih baik kau buka saja pintunya langsung” Fly-Fly memberi usul. Ling-Ling mengangguk, tangannya langsung berusaha mendorong pintu. Beruntung pintunya tidak terkunci, ia melongokkan kepala, tidak terlihat satupun orang, dengan hati-hati Ling-Ling melangkah masuk.

            Di dalam rumah itu suhunya terasa lebih hangat, Ling-ling membuka balutan jubah dan penutup kepala. Pandangannya mengedar menyapu seluruh ruangan, dan di arah tempat meja hidangan terbentang banyak makanan berupa makanan kaleng dan makanan instan yang belum dimasak, dan rupanya sang pemilik rumah juga sudah berubah menjadi batu, pengaruh dari monyet-monyet sialan itu telah sampai ke sini juga.

            “Apakah kau lapar Fly-Fly?” Ling-Ling melirik ke arah zoodamnya si kupu-kupu kecil bersayap bening tersebut.

            “Kami para zoodam akan kelaparan kalau pemilik kami kelaparan” Fly-Fly menjawab.
            “Ya sudah, kalau begitu mari kita makan..” Ling-Ling berlonjak senang. Ia menghampiri makanan-makanan mentah itu, memilih mie instan, mengambil panci yang sudah terletak di dekat dapur. Sepertinya pemilik rumah sebelumnya hendak memasak makanan ini. Terbesit di pikiran Ling-Ling apakah orang-orang yang sudah menjadi batu mengalami kelaparan, ling-ling pun menanyakan ke Fly-Fly.

            “Tidak, mereka tidak akan kelaparan. Tapi mereka akan meninggal kalau sudah mencapai batas waktu” Fly-Fly menjawab.

            Ling-Ling mendesah, terbayang olehnya nasib orang-tuanya.

***
           
            “Kau yakin bahwa salah satu keping hitam berada disini Fly-Fly?” Ling-Ling bertanya setelah terisi perutnya. Sekarang ia tengah mengedar pandang ke langit-langit rumah unik itu, ia sedikit kagum dengan rumah tersebut.

            “Jangan ragukan sensorik dari para Zoodam, Ling-Ling” Fly-Fly menjawab.

            Ketika Ling-Ling berjalan tepat di jendela kaca, langkahnya terhenti. Ia melihat seekor beruang putih/beruang kutub tengah hendak berjalan ke rumah itu.

            Rupanya masih ada hewan yang selamat disini, pikir Ling-Ling. Tapi itu tidak lama, sejurus kemudian seekor monyet kecil coklat tiba-tiba hadir dari balik bongkah es tepat di hadapan beruang putih, dengan gesit monyet kecil itu menaiki tubuh beruang, bahkan beruangpun tak bisa mengusirnya, lalu bintang kecil hitam diletakkan di kening beruang. Lantas secara ajaib beruang tersebut mengecil dan menjadi monyet kecil yang sama. Ling-Ling menutup mulut dengan tangan, matanya terbelalak melihat kejadian itu. Kedua monyet kecil – termasuk perubahan dari beruang itu – nampaknya menyadari akan keberadaan Ling-Ling, mereka mulai berlarian ke arah rumah setengah bundar tersebut. Tahu hal itu Ling-Ling panik, bergegas mengunci pintu serapat mungkin, menggunakan apapun yang ada, kursi dan meja kacapun ia jejerkan di belakang pintu.

            Namun semua usaha itu sia-sia, rupanya tenaga dari kedua monyet tersebut kuat tak terelakkan, sesuai dengan tenaga beruang. Pintu rumah berdebam ambruk, menimpa meja kaca, menghasilkan suara berdebam. Ling-Ling sedikit gemetaran, sebetulnya Ling-Ling adalah wanita manja yang begitu lemah, kedua orangtuanya begitu memanjakan anak semata wayangnya ini.

            Ling-Ling bersembunyi di samping lemari pakaian. Kedua monyet tersebut terus mencari, mengobrak-abrik semua barang di dalam situ, membuat ribut seisi rumah. Tidak lama akhirnya keberadaan Ling-Ling ditemukan, Ling-Ling sedikit menjerit, berusaha lari. Fly-fly menyerang dengan kekuatan airnya, kedua sayapnya menghadirkan air yang begitu deras membuat kedua monyet kecil itu terpelanting ke luar pintu. Melihat hal itu Ling-Ling sekarang menyadari bahwa Fly-Fly ternyata juga mempunyai kekuatan Hydrokinesis Element.

            “Haiyaa. Kau hebat Fly-Fly” Ling-Ling bertepuk tangan. Ceria sekali.

            “Terima kasih Ling-Ling, tapi ada satu lagi yang mesti kita hadapi, dia jauh lebih kuat, dan sekarang dia tengah mengarah ke sini” Fly-Fly melihat ke arah jendela. Dia merasakan kalau makhluk jelmaan keping hitam mengarah ke sini.

            “Apa itu Fly-Fly? Apakah dia sejenis monyet juga?” Ling-Ling ikut memandang ke luar melalui jendela.

            Sedetik setelah Ling-Ling mengatakan itu, dari kejauhan nampak dasar es retak, sedikit terjadi goncangan di sekitarnya. Ling-Ling berpegangan ke dinding, panik.

            “Haiyaaa.. Gempaa..”

            Goncangan itu tidak berlangsung lama, Ling-Ling melihat dari jendela, kedua mata sipitnya menyaksikan dari kejauhan nampak sebuah tangan muncul, kuku-kukunya panjang, tangannya nampak berbulu layaknya burung. Ling-Ling menahan napas, jantungnya berdetak kencang. Perlahan, tangan tersebut semakin ke atas, Kepala dari sang pemilik tanganpun mulai nampak. Kembali mata sipit Ling-Ling membesar. Ternyata pemilik tangan itu adalah seorang perempuan berwajah merah, berhidung panjang, rambut hitamnya terurai. Seluruh tubuhnya pun mulai nampak, memakai pakaian berwarna merah dengan motif layaknya seperti jaman kuno di dalam kerajaan, namun wanita itu mempunyai dua sayap di belakangnya, sepatunya layaknya sepatu aladin berwarna merah. Ketika dia hadir angin berhembus begitu kencang seakan menyambut kedatangannya.

            “Dia adalah Tengu : Wanita elang Merah berhidung panjang ..” Fly-Fly mengatakan.

            “Jadi dia salah satu penjelmaan dari bintang hitam..?” Ling-Ling bertanya. Fly-Fly meng-iyakan.

            “Ada pesan dari kakek Jerolin. Pandangi mataku...” Fly-Fly kembali bersuara.

            Meskipun belum mengerti, Ling-Ling memandangi kedua mata kupu-kupu kecil tersebut, lantas keberadaannya seakan berubah, tiba-tiba dia berhadapan dengan kakek Jerolin.

            “Ling-Ling, setelah saya cari tahu rupanya makhluk yang akan kamu hadapi itu adalah Tengu, ia merupakan wanita elang berhidung panjang. Mempunyai kekuatan membekukan benda cair, kau juga bisa beku karenanya apabila terkena serangan, jadi berhati-hatilah, jangan terlalu banyak menggunakan Hydrokinesis Element, sering-seringlah menyerang dengan fisik, manfaatkan kipas itu..

            “Tengu merupakan salah satu makhluk peliharaan dari salah satu kaum ‘dunia lain’ mereka makhluk jahat penghancur, waktu kita tinggal sedikit lagi Ling-Ling, berusahalah. Namun ingat, kita tidak harus membunuh mereka, kau hanya harus mengalahkannya dan biarlah dia menjadi kepingan bintang hitam dengan sendirinya.” Lantas kakek Jerolin menghilang sebelum Ling-Ling hendak melontarkan pertanyaan. Semua keadaan kembali seperti semula, sekarang Ling-Ling tahu fungsi lain dari Zoodamnya itu.

            Meskipun masih takut, Ling-Ling memberanikan diri. Mengatur napas. Ia keluar dari rumah, mendekati Makhluk yang bernama Tengu tersebut, Fly-Fly mengikuti dari samping.

            Butiran salju lembut terus menghampiri bumi sedikit demi sedikit, meskipun jubah biru telah dibalutkan ke tubuh dan kepala Ling-Ling, namun itu tak cukup mengusir rasa dingin darinya. Langkah Ling-Ling patah-patah, tubuhnya seakan membeku. Rasa dingin di tempat itu tidak terbiasa bagi dirinya. Sudah tinggal beberapa langkah lagi Ling-Ling sampai ke tempat makhluk tersebut, jantungnya semakin berperang kencang. Dan nampaknya Tengu wanita elang berhidung panjang sadar akan kehadirannya. Sekarang mereka berhadapan, tinggal 5 langkah. Angin berhembus lebih kencang ketika itu, seakan-akan petir datang menghampiri mereka berdua.

            “Sa- salam ke- kenal..” Ling-Ling mencoba menyapa dengan sedikit rasa khawatir. Tersenyum kaku.

Tidak ada respon dari makluk berwarna merah tersebut, tatapannya datar.
            “Dia tidak akan bisa bicara Ling-Ling, hidup makhluk-makhluk tersebut sama seperti hewan liar yang bengis..” Fly-Fly mengatakan.

            “Haiyaa, jadi begitu...” Ling-Ling mendengus. Tanpa banyak bicara lagi dia langsung berusaha menyerang, dengan kekuatan airnya, “Hydrokinesis Element!!!” satu serangan air mengarah ke tengu, membuat air langsung menggerung tubuh wanita elang merah. Ling-Ling sudah berharap cemas, apakah serangannya berhasil? Namun, Serangan yang barusan ia lontarkan menghasilkan hadirnya embun tebal menutupi penglihatan seperti ketika freezer baru dibuka tutupnya, tak berapa lama embun itu hilang, dan Ling-Ling dikejutkan bahwa serangannya barusan gagal, air sudah berubah menjadi dinding es persis di hadapan wanita elang.

            “Makhluk yang akan kamu hadapi itu adalah Tengu, ia merupakan wanita elang berhidung panjang. Mempunyai kekuatan membekukan benda cair, kau juga bisa beku karenanya, jadi berhati-hatilah, jangan terlalu banyak menggunakan Hidrokinesis Element, sering-seringlah menyerang dengan fisik, manfaatkan kipas itu..” Ling-Ling mengingat perkataan Jerolin, sekarang ingat kalau makhluk yang bernama tengu itu mempunyai kekuatan membekukan benda cair.
            Ling-Ling pun mengeluarkan kipas diselipan pinggangnya

            “Mari kita lawan makhluk itu, Fly-Fly..” Ling-Ling bersiap menyerang.

            

BERSAMBUNG....
Baca Episode 4 DISINI

No comments:

Post a Comment