Saturday, April 8, 2017

Episode 4 Novel Rainbow Star

*      MULAI PENCARIAN



                Satu minggu mereka berlatih, meskipun masih begitu banyak hal yang perlu dipelajari, mereka mulai melakukan pencarian untuk mengejar waktu, supaya orang-orang termasuk keluarga mereka yang berada di bumi bisa terselamatkan.

            Dengan 5 jubah berbeda warna, kelima anak pilihan itu mulai mempersiapkan diri. Senjata-senjata pusaka sudah sedikit mereka kuasai cara menggunakannya, kelima zoodam terus melayang di samping Feri, Vera, Ling-Ling, Kosmo dan Andet.

            “Setelah aku pikir-pikir nama yang tepat buat kamu adalah Fly-Fly, karena nama aku ling-ling jadi nama kamu juga double, fly -fly.. Haiya, bagaimana kamu suka, bukan..?” Ling-Ling memberi nama zoodamnya ketika hari kelahiran zoodam.

            “Itu bagus..” Zoodam ling-ling menjawab, kepakan sayap airnya tak pernah berhenti.

            “Kalau kau..” Kosmo berpikir lama, “Dabo... Bagaimana? itu nama yang bagus, bukan..?” Kosmo memberi nama Zoodamnya, tak mau tersaingi.

            “Keren juga...” Zoodamnya berkomentar.

            Feri memberi nama Zoodamnya “Lion” Vera memberi nama zoodamnya “Grin”.

            “Dari seluruh Zoodam, hanya aku yang masih belum kau beri nama.. Apakah kau akan memberiku nama..?” naga kecil sebagai zoodam Andet protes.

            “No..” Andet menjawab datar.

            “Nowi.. Aku Anggap namaku nowi..” Zoodam Andet memutuskan.

            Zoodam memiliki suara dan perangai seperti pemiliknya sendiri, kelak akan mereka ketahui apa manfaat dari zoodam-zoodam itu. Dengan kekuatan Jerolin mereka keluar dari tempat itu, melewati air dengan berenang, mendarat.

            “Hei, jadi selama ini kita berada di dalam air..?” Kosmo berkomentar setelah berada di darat.
            Keadaan di bumi masih sedikit gelap. Jerolin memutuskan untuk menghentikan segel bintang hitam palsu milik Gavin pada matahari, supaya mereka bisa mencari keberadaan kepingan bintang hitam dengan jelas. Dengan sekuat tenaga, Jerolin berhasil menghentikan segel di matahari. Bumi sudah kembali terang seperti sedia kala. Tapi kabar buruknya, dengan begitu Gavin akan menyadari bahwa sudah ada musuh yang hendak menghalangi rencananya, dan cepat atau lambat anak buahnya akan mencari keberadaan kelima anak itu.

            “Kalian harus cepat, Monyet-Monyet itu akan mencari keberadaan kalian.. Waktu kalian tinggal 4 minggu, berjuanglah.. Kakek akan memantau kalian dari sini..”

            Zoodam turun ke tanah, membesarkan tubuh. Mereka terbelalak, baru sadar kalau ternyata seluruh zoodam bisa membesar.

            “Silahkan naik di atas mereka..” Jerolin menyuruh.

            “Jadi maksud kakek mereka bisa ditunggangi?” Feri bertanya.

            “Mereka bahkan bisa ditunggangi oleh 5 orang sebesar kosmo..” Jerolin sedikit tertawa, “Sekarang bergegaslah..”

            Mereka mengangguk, tanpa dikatakan kedua kali langsung menunggangi zoodamnya masig-masing. Dengan begitu mereka pun akhirnya berangkat, zoodam-zoodam itu terbang membelah udara. Terlihat setengah patung gorilla mulai terbentuk, patung yang begitu luar biasa besarnya.

            Di daerah sana, Gavin sudah sadar bahwa ada musuh yang menghalangi pekerjaanya, dia memerintahkan sebagian anak-anak buahnya untuk menangkap musuh-musuh itu.

            Setelah di atas, mereka berlima berpencar, masing-masing dari mereka mempunyai tugas mengumpulkan keping-keping bintang hitam.

***

            “Haiyaa... Fly-Fly aku sebenarnya takut dengan ketinggian seperti ini...” Ling-Ling menutup mata.

            “Aku juga takut ling-ling, haiya aku bahkan jauh lebih muda daripada kau, kenapa kau yang malah jauh lebih penakut daripada aku..” Fly-Fly ikut mengeluh, kedua sayap airnya terbentang luas, menekan udara sebagai pijakan untuk terbangnya.

            “Kau harus memberanikan diri ling-ling, semua ini demi orang-orang di bumi...Demi keluarga kau juga, kita perlu melawan rasa takut agar bisa berhasil..” Suara Fly-Fly sedikit tertiup angin.
Ling-Ling mengangguk

            “Haiya.. kau sekarang semakin mirip saja sama aku cara berbicaranya fly-fly..” Ling-Ling sedikit tertawa, sedikit panik, menyeimbangkan tubuh supaya tak jatuh, rambut kepangnya menari-nari tertiup angin.

            “Menurut kau, apakah perjalanan kita masih jauh Fly-Fly..?”

            “Aku harap sebentar lagi..” Fly-Fly mempercepat laju terbangnya, menjauh dari patung gorilla untuk menghindari musuh, melewati beberapa hektar persawahan, melewati petani-petani yang telah menjadi batu.

            “Dia orang yang benar-benar kejam...” Ling-ling meneguk ludah melihat semua yang telah terjadi. “Sebelum kita berangkat fly-fly, maukah kau mengantarkan aku bertemu mama papa..?” Ling-Ling sedikit tercekik mengatakan itu, ia begitu sedih melihat keluarganya tak berdaya.

            “Tentu saja ling-ling.. Kau mau menyebutkan dimana tempatnya, bukan..?”

            Ling-ling mengangguk senang, cepat menunjuk ke arahnya, fly-flypun bergegas mengarah ke tempat tujuan ling-ling, menuju ke kota-kota, tempat itu benar-benar mati, orang-orangnya menjadi hitam mengeras seperti sebuah kutukan. Kendaraan-kendaraan sudah berhenti semua, terlihat beberapa monyet-monyet di bawah sana. Fly-fly menuju ke sebuah rumah mewah, turun di halaman depan. Ling-Ling turun dari tubuh fly-fly, bergegas masuk ke rumahnya, fly-fly ikut masuk dengan tubuhnya yang kembali mengecil.

            “Mamaaa...” Ling-Ling memeluk ibunya yang sudah menjadi batu, kedua mata sipitnya buncah dengan air mata. “Ling-ling rindu mama...” Ruang tamu dipenuhi oleh tangisan ling-ling sejenak, pandangannya beralih ke sang ayah yang berada di samping, ibu dan ayahnya menjadi batu saat menonton TV.

            Di hari kejadian, waktu itu ling-ling dan kedua orangtuanya hendak menonton sebuah film keluarga. Tidak ada yang aneh pada saat itu. Kebetulan pula sang ayah dan ibunya libur bekerja, sedangkan ling-ling masuk sekolah siang hari. Ketika itulah, ketika sang ayah hendak menekan tombol ON pada remote, 3 ekor monyet datang melalui jendela, mereka sangatlah gesit, hanya butuh waktu beberapa detik, sekejap mata ada sesuatu yang ditempelkan pada kening mereka, dengan tak terhingga kecepatanya sang ayah dan ibunya langsung berubah menjadi batu.

            “Kita harus cepat melanjutkan perjalanan ling-ling..” Fly-Fly berkata lembut.

Saat perkataan fly-fly baru selesai, monyet-monyet memasuki rumah, datang mendekat.

            “Hati-Hati fly-fly, itu adalah musuh kita..” Ling-ling terperanjat, berusaha mundur.
Satu monyet cepat melompat, mencoba menyerang.

            “Hydrokinesis element...” Ling-Ling mengeluarkan kekuatan air, satu monyet itu terpental. Ling-Ling langsung berlari, namun beberapa monyet sudah memenuhi pintu, bersiap untuk menyerang.

            “Hydrokinesis element..” Kembali ling-ling mengeluarkan kekuatan air, monyet-monyet itu terpental sudah. Sialnya, monyet-monyet di belakang melompat dan langsung menerkam ling-ling, rambutnya di jambak-jambak, ling-ling memekik, memberi pukulan sekuat tenaga ke monyet-monyet. Dahi ling-ling sedikit tergores akibat cakarannya. Dan saat sudah tidak ada lagi monyet-monyet yang mampu melawan, mereka langsung ke luar rumah, zoodam membesar, ling-ling cepat melompat ke tubuh fly-fly, mereka kembali terbang, meninggalkan rumah. Ling-ling masih melirik ke rumah dari atas, sedikit tersenggal.

***

            Hamparan laut terlihat biru, angin laut berderu kencang. Berada di tubuh kakak tua raksasa dengan sayap yang hampir tidak telihat masih membuat Kosmo seakan berada di ambang mimpi.

            “Dabo, kau mau mengantarkan aku ke rumah sebelumnya..?” Kosmo berkata, pandangannya melihat ke arah kapal besar, dimana nelayan-nelayan di dalamnya sudah total menjadi batu, deruan ombak terus menggoyang-goyangkan kapal tersebut.

            “Tidak masalah Kosmo, kau adalah majikanku... Sekarang dimana lokasinya..?” Dabo mempercepat terbangnya. Kosmopun menunjukkan arah lokasinya, menuju ke sebuah perkotaan, lokasi ini berjauhan dari tempat ling-ling sebelumnya. Beberapa waktu kemudian, mereka sampai. Menuju ke rumah besar berwarna hijau, Dabo mendarat ke halaman rumah, kosmo turun. Tersenyum Getir. Dalam dirinya dia sudah benar-benar rindu dengan rumah. melangkah masuk ke dalam, Dabo mengiringi dengan ukuran kecil seperti sebelumnya.

            Kosmo melangkah ke dapur, melihat ibu dan ayahnya yang terlihat panik saat mengusir monyet-monyet itu dalam keadaan sudah menjadi batu.

            Otak kosmo memutar kembali ingatan di hari itu, matanya seakan memancarkan ketika tragedi terjadi. Benar-benar tak dapat dipercayainya. Hari itu begitu cerah, di hari itu kosmo dan kedua orangtuanya tengah hendak menyantap sarapan pagi, ketika kosmo hendak menggigit roti sandwich, ketika ibu dan ayahnya mengobrol-ngobrol ringan, dengan tiba-tiba muncul monyet-monyet dari hadapan mereka, menempelkan sesuatu di kening mereka, lantas ayah dan ibunya berubah jadi batu, sedangkan dirinya tidak berubah. Disaat kosmo panik, secara ajaib tiba-tiba Kucing yang sekarang diketauhinya sebagai ‘kakek Jerolin’ datang. Kosmo memandangi mereka dengan tatapan sedih, sebentar saja.

            “Kita berangkat Dabo..” Kosmo berkata lirih setelah melihat ayah dan ibunya, ia berjanji untuk menyelamatkan kedua orangtuanya tersebut.

***

            Gunung-gunung terlihat begitu indah, sayangnya tidak ada lagi manusia ataupun hewan berada disana. Tidak seperti sebelumnya dimana orang-orang datang berwisata, menyegarkan mata dan pikiran, hanya terlihat batu orang-orang, dan beberapa monyet berkeliaran disana. Vera mengepalkan tangan erat, menyimpan kebencian.

            “Dia yang bernama Gavin tidak bisa dimaafkan...” Vera membatin.

            Grin sudah menuju ke perkampungan di lembah pegunungan. Seperti kosmo dan ling-ling sebelumnya, dia juga ingin bertemu terlebih dahulu kepada keluarganya. Grin turun di depan sebuah rumah sederhana, disitulah Vera bertumbuh kuat dan tangguh, tidak terlalu feminim. Vera tidak masuk ke rumah pondoknya tersebut, dia berlarian ke arah belakang, yaitu persawahan, disana ayah dan ibunya tengah membersihkan rumput di persawahan dan sudah menjadi batu.

            “Kau anak yang sering kesini, bukan?” Suara tiba-tiba terdengar, Vera melirik kesana-kemari, dia gemetaran tidak tahu sesungguhnya suara siapa itu?

            “Apakah kau barusan mengatakan sesuatu Grin..?” Vera bertanya ke Zoodamnya yang terbang di samping.

            “Tidak Vera, memangnya kau mendengar sesuatu..?” Grin bertanya balik.

            “Hei, aku disini anak muda..” Suara itu terdengar lagi. Namun suara siapa itu? Vera belum tahu, dia mengedarkan pandangan. Astaga,  tidak ada siapa-siapa disitu, hanya ada padi-padi dan sebatang pohon jambu di samping pondok, apa mungkin pohon itu yang telah berbicara dengannya? Vera lebih mendekat ke arah pohon, grin mengikuti dari samping.

            “Apakah kau yang berbicara barusan..?” Vera mengajak pohon berbicara.

            “Ya tentu saja aku, dan hei... Kau mengerti apa yang aku katakan?” Pohon jambu itu terkaget. Vera sedikit tersenyum, ia baru sadar sekarang bahwa kekuatannya itu memberi efek bisa berbicara dengan tumbuhan.

            “Aku tahu sekarang, kau merupakan salah satu anak pemegang Rainbow Star, bukan? Tidak heran kalau kau bisa selamat dari monyet-monyet tengil itu...”

            “Kau tahu tentang mereka?” Vera menghiraukan perkataan awal si Pohon.

            “Mereka datang Vera..” Grin sudah terlebih dahulu memotong pembicaraan, memberi peringatan. Benar saja, di daerah persawahan muncul beberapa ekor monyet.

            “Tetrakinosis element...” Vera mengeluarkan kekuatan tanaman, membuat monyet-monyet itu terlilit oleh rerumputan yang menyibak dari tangannya.

            Pohon jambu tertawa, “Wah..Wah kau sudah mendapatkan kekuatan itu rupanya, sepertinya Jerolin telah mengajari banyak hal pada kalian..”

            “Kau sepertinya tahu banyak tentang ini...?” Vera melirik ke arah pohon, masih bersiap siaga untuk waspada.

            “Aku tahu banyak tentang ini. Namun gadis kecil, sepertinya kau harus bergegas menemukan kepingan bintang hitam, monyet-monyet itu semakin banyak...”

            Vera melihat ke arah lain. Benar saja, ada ratusan monyet mengepung. Dia tidak akan sanggup lagi melawan, dan hal itu akan menghabiskan waktunya.

            “Kita berangkat grin...”

            Grin menurut, membesarkan tubuhnya, Vera menunggangi lebah hijau raksasa tersebut, perjalanan pun mereka lanjutkan.

            “Aku akan menyelamatkan kalian ayah...ibu..” Vera berkata pelan, jubah hijaunya menari-nari ditiup angin.
***

            Feri melihat ke kampung-kampung, ia melihat orang-orang telah menjadi batu. Sebetulnya dia masih setengah kurang percaya, kejadian ini cepat sekali terjadi, otak feri juga belum mencerna semua ini. Bagaimana mungkin ada tringgiling berkepala singa, bisa membesar dan mengecilkan tubuh, dan lebih-lebih juga bisa terbang? Pikirannya meluncur mengingat anime-anime di TV, semuanya persis di film-film itu, semua ini benar-benar tak masuk akal.

            “Kau tidak ingin mengunjungi keluargamu terlebih dahulu, Feri?” Lion menyadarkan Feri dari lamunan, Feri sedikit terperanjat, kembali membawa nyawanya kalau semuanya benar-benar terjadi dan bukanlah mimpi.

            “Rumahku ada di kampung sambas, kau tahu dimana itu..?”

            “Aku punya kekuatan sensorik Feri, bisa mencari suatu tempat hanya dengan namanya,  Jangan kau remehkan aku, ketika kau baru selesai mengatakan itu aku sudah tahu dimana letaknya.” Lion memutar arah terbang, sedikit merendahkan tubuhnya. Memang Lion sedikit berbeda dengan 4 zoodam lainnya, dia mampu mendeteksi musuh hanya dengan mendengarkan lokasinya dimana, siapa namanya, apapun itu.

            Angin kencang menggerayangi tubuh Feri, jubah coklatnya bergerak tanpa henti. Lion mendarat di rumah sederhana yang tercipta dari beton tanpa warna, bata-batanya masih nampak belum di lapisi. Disana, ibu, ayah dan adiknya berdiri di pintu dengan kondisi menjadi batu. Kejadian itu terjadi ketika sang ayah hendak pamitan berangkat kerja, sedangkan Feri dan adiknya bersiap berangkat sekolah. Feri melangkah mendekat mengedarkan pandangan ke arah ibu, ayah dan sang adik. Selenting air mata turun dari mata, kedua mata beningnya memerah, wajah bersih dan tampan itu berbalut topeng kesedihan.

            “Apakah ada cara lain menyelamatkan orang-orang di bumi?” Feri bertanya ke Lion, Lion menggeleng

            “Hanya bintang hitam satu-satunya harapan..”

***

            Andet hanya diam. Di satu sisi dia memendam kebencian kepada Meara, bagaimana tidak, ia sudah menciptakan ini semua, namun ketika hasil prakteknya meronta, Meara malah pergi dan lari dari tanggung jawab, memberikan tugas pada anak-anak remaja seperti mereka. Tanggung jawab ini begitu berat. Dari kelima anak itu hanya Andet yang menaruh kebencian begitu dalam pada Meara. Meskipun begitu, ia berusaha menenangkan dirinya bahwa semuanya telah terjadi dan orang-orang di bumi membutuhkan bantuan mereka. Andet tak ada niat untuk menemui keluarganya terlebih dahulu. Bukan berarti tidak sayang, tapi Andet begitu menghargai waktu, menemui mereka tak akan membuat perubahan. Naga orange sebagai zoodamnya terus mengarah ke mana arah makhluk jelmaan dari kepingan bintang hitam.

            Kelima anak terpilih dengan masing-masing kekuatan dan berjubah berbeda warna melanjutkan perjalanan untuk mendapatkan kepingan bintang hitam agar bisa menyelamatkan keluarga serta orang-orang di bumi. Dari ratusan juta makhluk yang ada di bumi, kelima anak-anak muda itulah menjadi harapan bagi keselamatan seluruh makhluk. Patung gorilla raksasa terus berproses dalam pembangunan.


Petualangan kelima anak pemegang Rainbow star baru dimulai dari sini.

BERSAMBUNG... Baca Episode 3 DISINI

No comments:

Post a Comment