Friday, May 5, 2017

Kebingungan Yang Melanda Isi Pikiran Ini

Gue bekerja di toko retail. Yah, memang gue hanyalah seorang pekerja minimarket di Minangkabau, Manggarai. Minimarket disini merupakan salah satu minimarket yang terkenal paling ramai.
Asal gue dari Palembang, empat lawang, Untuk mencapai ke pulau jawa ini membutuhkan waktu sekitar satu hari satu malaman. Yah, kebiasaan masyarakat kami, jika tidak kuliah kebanyakan mereka merantau.
Awalnya Merantau itu menyenangkan, apalagi ketika masih sekolah. Merantau merupakan hal yang paling ditunggu-tunggu, terlepas dari bosan belajar, karena kita juga ingin menghasilkan uang sendiri.

                Ketika merantau, hal yang paling tidak enak dirasakan adalah keasingan. Makan tidak enak dan tidurpun tidak nyenyak. Waktu itu gue numpang tidur di rumah saudara (Saudara yang sama sekali begitu asing bagi gue), memang, sedekat apapun kita bersaudara jika jarang saling berkomunikasi dan jarang bertemu, rasa-rasanya seakan orang asing.
Sebelum mendapat pekerjaan, pikiran ini sama sekali tidak tenang, semua serba salah. Gue selalu berdo’a supaya mendapat pekerjaan secepat mungkin. Sekitar 2 Bulan Kemudian, Alhamdulillah Do’a gue dikabulkan, gue diterima bekerja di minimarket (Alfamidi). Sayangnya, karena bekerja di retail kami harus siap untuk ditempatkan di mana saja.  Gue ditempatkan jauh dari tempat saudara yaitu di Jakarta selatan, manggarai. (Sementara tempat saudaraku berada di tangerang).

Ditempatkan di Toko yang begitu ramai dengan Customer, membuat bekerja disini terbilang ekstrim. Tidak ada waktu untuk istirahat, dan jikapun makan, kami hanya makan tidak lebih dari satu jam (Sampai-sampai untuk ibadah saja tidak ada waktu(. Hmm, mungkin susah ya menjelaskannya bagaimana rasa lelah ini. Sebetulnya, gue bukan hanya lelah fisik, tapi juga lelah pikiran.

Beberapa bulan bekerja jauh dari keluarga, rasa yang banyak orang-orang katakan itu hadir pada diri gue. “RASA RINDU”, rasa ini mulai hadir pada jiwa. Ini penyebab gue lelah pikiran. Seandainya keluarga gue dekat disini, pasti gue akan betah untuk bekerja disini. Hanya orang-orang merantaulah, yang tahu bagaimana rasa sunyi, bagaimana rasa sakitnya rindu kepada keluarga. Hanya orang-orang merantaulah.

Merantau memberikan banyak pelajaran, memberikan banyak pengalaman baru, memberikan teman-teman baru dan membuat pikiran seseorang lebih dewasa. Mungkin merantau itu bermanfaat untuk setiap orang.

Tapi gue sedih jika harus terus-terus seperti ini. Kapan orang-orang di tempat gue berhenti melakukan kebiasaan ini? Kapan kami bisa tinggal bersama keluarga, tapi juga bisa terus menggali rejeki disana. Yah, kami juga ingin bahagia bersama keluarga. Jika seperti ini terus-terusan, hidup orang-orang seperti kami akan kebanyakan habis jauh dari keluarga.
Itulah mengapa sudah beberapa tahun ini gue ingin sekali tahu “Bagaimana caranya agar meskipun di kampung, kita juga bisa kaya”. Setiap orang yang merantau mungkin sudah mempunyai rencana sendiri, ada yang berencana menabung dulu supaya bisa dijadikan bisnis di kampung. Tapi, untuk menabung itu terkadang susah, kadangkala pengeluaran di rantauan tidak terduga-duga.
Dari tahun-tahun sebelumnya gue sudah punya rencana untuk menjadi blogger. Merantau sambil mengembangkan blog.
Tak disangka, penempatan di minimarket yang ramai ini sedikit membuat gue sulit untuk ngeblog, kecuali di hari libur.. Hiks, Hiks, Hiks (Kalau begini kapan blog gue akan berkembang).

Dari sinilah, kebingungan itu mulai melanda isi pikiran ini “Apakah gue harus berhenti dari pekerjaan dan focus pada blog? Atau tetap disini sambil sesekali ngeblog”

Kebingungan ini disertai karena Jika gue berhenti bekerja gue bisa cepat mengembangkan blog dan bisa update artikel setiap hari. Namun, tentu saja untuk meningkatkan pengunjung dan menghasilkan rupiah dari blog itu tidaklah mudah, butuh beberapa tahun. Apalagi di tempat gue kadangkalah jaringannya begitu kecil, ini akan menghambat gue untuk ngeblog.. Hikss .
Tapi jika gue terus-terusan disini, gue sangat jarang ngeblog, itu artinya blog gue akan semakin lama pula majunya. Terlebih lagi, rasa Rindu itu begitu menusuk hati ini. Gue ingin pulang, gue ingin berkumpul bersama keluarga. Semakin dekat dengan lebaran, semakin menjadi pula rasa untuk pulang ini. Apalagi katanya jika di bulan puasa bekerja disini akan semakin ekstrim, membuat gue semakin takut (Semoga Allah memberikan kekuatan). Karna gue juga masih butuh uang, apalagi adik-adik gue masih kecil butuh biaya untuk sekolah. Karena merekalah gue berusaha kuat untuk disini. Hanya berharap Allah memperpanjang umur keluarga gue, sehat, melimpahkan rejeki-Nya dan selalu dilindungi (Terkhusus untuk bapak) dan emak hidup bahagia di alam sana. Amiinn.



Sekarang pikiran gue tengah perang “Apa yang harus gue lakukan, pulang? Atau bertahan?”

UAAHHHHH !! BINGUNG!!



No comments:

Post a Comment