MENGHADAPI
GAVIN
Seluruh keping bintang hitam akhirnya berhasil
disatukan, terjadi pancaran sinar yang begitu menyilaukan mata ketika kakek
Jerolin menyatukan seluruh keping.
29 hari telah terlewati, tidak ada
pergantian malam di bumi karena pengaruh kejahatan dari Gavin. Waktu mereka untuk
menyelamatkan dunia kurang dari satu hari, hanya tinggal beberapa jam saja.
Dari jarak jauh, dapat terlihat
patung itu. Patung gorilla hasil kerja keras monyet-monyet anak buah Gavin
sudah hampir selesai. Monyet-Monyet itu sudah sibuk menyempurnakan bentuknya.
Patung gorilla raksasa dengan dua tangan gagah di depan, berwarna hitam pekat,
dan bermulut terbuka dimana gigi-gigi runcing terlihat menyeramkan itu seakan
mampu menelan bulat-bulat sebuah gunung setinggi apapun juga, membuat mata dari
kelima anak pemegang Rainbow star terbelalak dan bergidik ngeri.
“Astaga..” Kosmo menelan ludah
melihatnya. Wajah Kosmo terlihat pucat, tapi warna pucat itu nampak bukan
seperti pucat ketakutan. Ada hal lain yang membuat wajah anak laki-laki gemuk
itu terlihat lemah.
“Apa yang akan terjadi jika patung
gorilla itu selesai?” Andet bertanya ke kakek Jerolin.
“Ia akan mengisap seluruh roh
manusia yang terkurung di dalam patung... Kalau itu terjadi, artinya tamatlah nasib
bumi... Bumi akan dikuasai oleh seluruh gorilla..”
“Haiyaa.. Jangan sampai, jangan
sampai hal itu terjadi..”
Andet meremas tangan erat,
kebenciannya kepada Meara masih bersemayam di hatinya.
Tanpa banyak berkata lagi mereka pun
berangkat menuju ke tempat kediaman Gavin. Jerolin menunggangi Lion bersama
dengan Feri.
Dari udara terlihat perkumpulan
monyet rapat di bawah,
seakan kumpulan semut. Sialnya pula,
ketika dalam perjalanan,
segerombolan monyet terbang datang menyergap. Dabo mendapat serangan mendadak, membuat Dabo hilang
konsentrasi untuk terbang, akibatnya Dabo mengecil dan mereka berdua terjatuh.
Dan rupanya Kosmo dan Dabo telah hilang kesadaran.
“Kosmo... “ Ling-ling berteriak,
menyuruh Fly-Fly
untuk menyusul Kosmo dan menyelamatkan mereka. Tidak perlu diperintah kedua
kali Fly-Fly meluncur cepat ke
bawah membelah udara. Yang lainnya menyusul sembari terus melawan monyet-monyet
terbang menggunakan kekuatan masing-masing.
Beruntung Kosmo mampu disambar oleh Fly-Fly dan Ling-ling berhasil
menangkap Dabo.
***
“Apa yang terjadi..?” Feri bertanya
setelah Kosmo diletakkan ke darat. Kosmo dan Dabo tidak sadarkan diri, tubuh
mereka perlahan menghitam. Kakek Jerolin memeriksa, menyentuh wajah gembung
Kosmo, melihat tangan Kosmo.
“Dia terkena racun milik kraken..” Kakek Jerolin akhirnya
berkata.
Rupanya disaat Kosmo menghadapi Kraken waktu itu, tinta racun telah
bersarang di dalam darah Kosmo melalui percikan kecil itu. Karena Kosmo tidak
sadarkan diri,
akibatnya merembet pula pada Dabo.
“Haiya..Lalu apa yang harus kita
lakukan..?” Ling-Ling sedikit panik. Ling-Ling memang sudah semakin akrab dengan
mereka semua, kecual Andet. Walaupun demikian sesungguhnya Ling-Ling menaruh
hati pada pria berambut panjang dan bersikap dingin itu.
“Kita tinggalkan saja dia..” Andet
berkata datar. Kembali mengeluarkan pedang hendak menyerang monyet-monyet yang
mulai kembali mendatangi mereka. Dan kali ini jumlahnya tidak sedikit, tapi
ribuan ekor, memenuhi tanah lapang berumput disitu.
“Haiyaa..” Ling-Ling gemetar,
perhatiannya telah beredar ke gerombolan monyet. Gerombolan monyet semakin
merapat.
“Walau bagaimanapun, kita tidak bisa
meninggalkan Kosmo. Mengorbankan satu nyawa seorang teman, sama halnya telah
membunuh seluruh penduduk bumi..” Kakek Jerolin berkata sembari memikirkan apa
yang harus dilakukan untuk menyelamatkan Kosmo.
“Aku tahu sebuah tanaman yang mampu
menghilangkan racun... Namun aku perlu konsentrasi tinggi untuk
menghadirkannya, dapatkah kalian melindungi kami..?” Vera berkata.
“Kalau urusan itu serahkan kepada
kami, dan urusan Kosmo kami
serahkan kepada kamu,
Vera..” Feri berkata. Mengeluarkan toya dan siap menyerang.
Feri,
Ling-Ling, Andet dan Jerolin berdiri dari setiap sudut melindungi Vera dan
Kosmo yang berada di tengah. Vera berkonsentasi penuh, pikirannya mencoba
mengingat bagaimana rupa tanaman obat itu.
Andet, Kosmo, Jerolin, dan Ling-Ling
sudah mulai menghadapi ribuan monyet. Mereka menyerang menggunakan kekuatan masing-masing.
Jerolin merubah dirinya menjadi kucing, dan memberikan gigitan serta cakaran ke
arah monyet-monyet, gigitan dan cakaran itu bukanlah cakaran dan gigitan biasa,
kuku dan gigi-gigi tajam kucing
tua itu mampu membunuh satu monyet hanya dengan beberapa kali serangan.
Andet menebaskan pedang, meskipun
Andet belum terlalu mampu mengendalikan petir dalam pedang itu, ia berhasil
membunuh puluhan monyet dalam sekali tebasan, petir menyambar ke banyak musuh.
Tak hanya dengan pedang, kekuatan api juga Andet hembuskan untuk melawan
monyet-monyet yang seakan tak pernah habis.
Feri menembakkan bola-bola tanah,
tak hanya mengandalkan kekuatan tanah Andet pun lincah memutar toya, menghantam
monyet-monyet itu. Sejauh ini belum ada diantara kumpulan monyet yang mampu
mencakarnya.
Ling-Ling tak mau ketinggalan,
kekuatan air yang dikeluarkannya telah berhasil membunuh beberapa monyet.
Kipaspun ia mainkan, anak-anak panah dari hembusan kipas juga menembus tubuh
dari beberapa monyet.
***
Kehadiran monyet-monyet seakan tak
pernah henti. Setelah beberapa monyet dibunuh dan menghilang, beberapa ekor
monyet kembali berdatangan. Monyet-monyet kecil itu memang bukanlah musuh yang
tangguh bagi mereka. Tapi menghadapi musuh secara terus menerus seperti ini
membuat tenaga dalam mereka mulai terkuras.
Sementara itu Vera masih
berkonsentrasi untuk mengeluarkan tanaman obat. Bukan perkara mudah bagi Vera
dalam menghadirkan tanaman obat itu. Karena ini kali pertama Vera mencoba
mengeluarkan tanaman yang berbeda.
Bulir-bulir keringat mulai membasahi
pelipis wanita tomboy itu. Kedua tangan ia tangkupkan. Dan akhirnya beberapa
lembar daun tanaman obat muncul di tangannya.
“Aku membutuhkan air..” Vera berkata dalam hati. Ia ingat bahwa masih
menyimpan air dalam botol kecil di kantongnya yang diambil di dalam piramida.
Vera mengambilnya, dan memasukkan daun obat ke dalam air. Ketika obat itu baru
hendak dimasukkan ke dalam mulut kosmo. Suara tertawa (jahat) terdengar dari
atas, semuanya mendongak, perlawanan gerombolan monyet terhenti sejenak, bersujud. Di atas sana terlihat
satu ekor monyet besar bersayap, namun bukan itu yang menjadi perhatian,
terutama bagi kakek Jerolin. Melainkan seseorang yang berada di punggungnya,
dialah Gavin si Gorilla berkepala tiga
yang tengah berwujud kakek tua berpakaian hitam sepenuhnya. Angin berhembus kencang
tiba-tiba datang seakan menyambut kehadiran makhluk tersebut. Tatapan matanya
sangat menyeramkan.
“Makhluk-Makhluk menyedihkan..
Percuma saja kalian melakukan apapun.. Dunia ini sudah tamat..” Gavin berkata
dengan nada berat.
“Apakah dia yang bernama Gavin?”
Andet berkata dalam hati.
“Gavin, kenapa kau melakukan semua
ini..?” Jerolin bertanya. Sudah lama ia tidak bertatapan langsung dengan teman
lamanya itu.
Gavin memandangi sejenak sahabat
lamanya itu, dan membuka bibirnya “Ada banyak hal yang tak kau kau pahami, Jerolin.
Kau merupakan hewan yang berbeda denganku. Kau adalah kucing rendahan, tidak
mempunyai keluarga. Sementara aku, aku mempunyai keluarga..” Gavin melompat
dari punggung monyet raksasa terbang, “Dan Meara mengacaukan itu semua..” Gavin
berkata penuh kebencian setelah sampai di bawah.
Seakan disambar petir, Jerolin
sungguh terkejut mendengar perkataan sahabat lamanya itu. Bukan tentang
penghinaan Gavin, tapi tentang kalimat terakhir Gavin.
“Mengacaukan..? Apa maksudmu dengan
mengacaukan..?” Jerolin tidak mengerti.
“Semenjak Meara menempelkan bintang
di keningku, semenjak itulah cerita
dalam hidupku berubah.. Semua keluargaku menjauh karena rupaku yang berbeda..
Mereka pergi meninggalkanku dengan alasan ketakutan..”
Jantung Andet berdenyut kencang saat
mendengarkan perkataan Gavin barusan, itu semua sama seperti yang pernah ia
rasakan. Yah, Andet merasa kalau nasib mereka sama. Andet merasa kalau perasaan
dirinya dengan Gavin mempunyai kesamaan, yaitu sama-sama membenci Meara.
Sementara di pikiran Ling-Ling, Vera
dan Feri penuh kebingungan, bukankah
kakek Jerolin mengatakan
kalau Gavin melakukan semua ini karena keserakahan? Kalau yang dikatakan
Jerolin adalah salah, itu berarti Gavin melakukan ini semua demi membalas
dendam.
“Jika Gavin melakukan semua ini
benar karena balas dendam, akan lebih sulit menghadapinya.. Biasanya kekuatan
si pembalas dendam akan jauh lebih kuat dibanding kekuatan si serakah.. “ Pikir
Feri.
“Itulah mengapa berhati-hatilah
dalam menyakiti seseorang..” Lion menyahut dalam bisikan hati.
“Oi-Oi kenapa kau ikut-ikutan bicara...” Feri
berkata kesal di dalam hati.
“Ini bukan salah aku Feri, kau
merupakan satu-satunya pemegang Rainbow Star
yang mampu berbicara dengan zoodam melalui kata hati. Itu menjadi resiko
untukmu..”
Feri mengembuskan napas panjang, tak
merasa senang akan kelebihannya yang satu ini.
“Sebentar lagi... Sebentar lagi
impianku akan terselesaikan... Kau lihat Jerolin, bisakah kau lihat, Patung
Gorilla itulah yang akan mengantarkanku pada impian. Tinggal beberapa jam lagi,
manusia dibumi akan musnah.. Ha..ha..ha “ Gavin tertawa penuh kemenangan. Namun
tidak beberapa lama tawa itu dibungkam, rupanya ada sebuah tongkat telah
menembus lengan kirinya tanpa ia sadari. Mata Jerolin penuh kemarahan,
pandangannya beralih ke arah yang telah menyerangnya. Adalah Feri yang melakukannya,
Feri memanjangkan tongkat, tersenyum meremehkan.
“Masih mau tertawa, hah..?” Feri
mengangkat kedua alis, menarik toya kembali. Ling-Ling
menahan tawa menyaksikannya. Gavin melirik sekejap
tangannya yang telah banjir darah. Berteriak kencang penuh kemarahan, ia
langsung merubah dirinya menjadi gorilla berkepala tiga.
“Haiya.. Kau memacing kemarahannya
Feri..” Ling-Ling bergidik ngeri,
tidak ingin tertawa lagi.
Lautan
monyet mulai beraksi kembali, menyerbu mereka.
“Kau lanjutkan menyelamatkan Kosmo,
Vera. Kami akan melindungimu..” Kakek Jerolin berkata. Maju menghadapi Gavin.
Vera mengangguk, konsentrasi kembali untuk menyembuhkan Kosmo. Ia memberikan
ramuan ke mulut kosmo, lantas keduatangannya ia letakkan di kening Kosmo,
mengandalkan energi Aerokinesis untuk mempercepat proses ramuan itu dalam
menyembuhkan. Grin ikut menyumbangkan energinya ke zoodam milik Kosmo.
Seluruh Zoodam lainnya
memperbesarkan ukuran, membantu menghadapi ribuan monyet.
Sementara itu Jerolin dan Gavin
bertarung secara sengit, Jerolin menyadari bahwa dirinya tidak akan sanggup
melawan Gavin. Terbukti ketika ia pertama kali menyerang, Gavin sudah terlebih
dahulu mengantamkan pukulan ke kucing tua itu. Namun Jerolin tak mau menyerah,
ia tak bisa terus membiarkan kejahatan yang dilakukan oleh Gavin. Jerolin tidak
bisa mengenai sedikitpun kulit Gavin, ia hanya mampu menangkis. Hingga serangan
berikutnya Jerolin terkena tinjuan, ia terpental jauh membelah udara.
“Kakeekkk!!” Pandangan
Feri mengarah ke kakek Jerolin, hanya saja ia lengah, karena itu monyet
di belakangnya sudah nyaris mencakar,
beruntung Lion menolong dengan kekuatan Terrakinesisnya. Feri yang melihat
kakek Jerolin cepat membuat dinding tanah untuk menahan. Jerolin melenguh
kesakitan. Bintang hitam terpelanting dari kantongnya, Jerolin kembali meraih
bintang itu, tangannya gemetaran. “Bintang hitam ini harus cepat di letakkan di
kening Gavin..” katanya.
Gavin sudah berhadapan dengan Feri,
sama halnya seperti Jerolin
barusan, ia pun kewalahan menghadapi makhluk berbulu lebat itu, berulang-ulang
Feri melontarkan bola-bola tanah, namun hal tersebut gampang sekali ditangkis
oleh tangan gempal si Gorilla berkepala tiga itu. Gavin mengaung ganas, ketiga mulutnya menampakkan gigi-gigi runcing.
Sebagai balasan serangan oleh Feri barusan, Gavin mulai melakukan sesuatu...
Dari ketiga mulutnya memancarkan bongkahan cahaya merah. Tidak berselang lama,
bongkahan cahaya ia lontarkan ke udara. Tiga cahaya itu melayang tinggi. Turun
perlahan, dan menyentuh tiga dari ribuan monyet. Terjadi sesuatu pada ketiga
monyet itu, ketiganya menyatu dan akhirnya menjadi seekor monyet raksasa.
Ribuan monyet kecil hilang semuanya, Gavin tertawa penuh kemenangan dalam wujud
manusianya kembali.
“Aku tidak akan menghabiskan waktu
bersama kalian..” Ia meloncat ke punggung monyet terbang lagi, “Silahkan kalian
semua bermain-main besama monyet peliharaanku yang satu itu..” Lantas Gavin
terbang menjauh..
Ling-Ling, Feri Andet, dan Jerolin tercengang
melihat monyet raksasa itu.
BACA episode 13 DISINI
No comments:
Post a Comment